Sabtu, 02 Januari 2016

THE GLANGGANG CENTER : PILEH LOM

THE GLANGGANG CENTER : PILEH LOM: Ketika Perjalanan menuju salah satu desa di Kabupaten Benar Meriah sangat melelahkan. Karena jalanya berkelok-kelok dan naik turun. Lantas ...

Sabtu, 08 November 2014

BBM Seperti "Boh" Simalakama


Tidak jelas ujud ‘boh’ simalakama itu. Namun bagi indatu orang Aceh mengultimatumkan. Kita makan buah simalakama akan mati mamak, tidak dimakan mati bapak. Begitulah nasib pemerintahan Presiden Jokowi – JK, tidak menaikkan harga BBM akan berpengaruh pada penyusunan APBN 2015, mengalami devisit anggaran yang cukup signifikan. Menaikkan BBM berpengaruh pada masyarakat, terutama mereka kelas menengah ke bawah. Namun, Jokowi-JK berjanji akan melakukan subsidi silang kepada kepada mereka yang miskin, untuk melakukan usaha produktif.

Sabtu, 01 November 2014

Gunung Es BBM Bakal Meledak


Sejak persidangan di MK soal gugatan Presiden Jokowi - JK oleh Prabowo-Hatta, saya terus menonton TVRI dan Swasta. Menarik memang, usai keputusan MK, 22 Agustus 2014 dimenangkan Jokowi-JK, isu pun mengalih kesoal BBM. Katanya stock BBM hanya tinggal tigal bulan lagi, sehingg pemerintah membatasi sistem penyaluran untuk semua SPBU.

Jumat, 18 April 2014

Peluk Cium Didepan Umum, Berujung Pecat Memecat


Pemilu Legislatif 2014 usai sudah.  Pemenag tiga besar dari 12 partai nasional dan tiga partai lokal di Aceh, sudah dapat dipastikan. Yaitu;  Partai PDIP urutaran teratas, disusul Partai Golkar dan Partai Gerindra.  Sementara partai berbasis Islam seperti :  PPP, PKB, PKS, PAN berada diposisi papan tengah. Namun bagi  partai berlambang  ka'abah, kini sedang dilanda kisruh internal,   gara-gara ketua umumnya 'Peluk cium' didepan umum.

Peristiwa peluk cium itu berlansung di stadion Gelora Bung Karno, 23 Maret 2014 lalu, didepan puluhan ribu massa pendukung Partai Gerinda. Karena hari itu Partai Gerindra melangsungkan kampanye akbar yang dinilai sangat sukses. Dan, lebih sukses lagi karena mampu dihadirkan beberapa fungsionaris Partai PPP yang memakai baju jas hijau sebagai baju kebesaran Partai yang peninggal orde baru.

Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto dalam orasinya mengatakan, kita harus berterimakasih kepada Partai PPP yang hari ini bergabung kampanye bersama kita. "Hidup PPP . . . , hidup  Pak Surya Darma Ali," begitu teriak Parbowo diatas pentas sembil menganjungkan tangan yang juga diikuti oleh Surya Darma Ali (SDA) berulangkali meneteriakan, Hidup PPP,  ... hidup Gerindra, ... hidup Pak Surya, ... hidup Prabowo.

Usai pelaksanaan Pemilu legislatif,  14 April 2014, wakil ketua umum DPP-PPP, Emran Pangaphi dan kawan-kawannya, mendadak melaksanakan  konperensi pers di kantor DPP-PPP Jakarta, menurut Emran mereka tidak bisa menerima perlakuan 'peluk dan cium' SDA di arena kampaye Gerindra. "Apa pasal saudara ketua umum menyerahkan lehernya kepada partai yang lebih kecil suaranya dibandingkan dengan PPP," begitu teriak Emran dengan nada geram.

Bola api  kisruh dalam tubuh PPP  kini sudah bergulir, dimana lebih dari dua pertiga jumlah  pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP se-Indonesia berkumpul di Bogor meminta sepaya DPP-PPP segera membuat rapat, memberikan sanksi kepada SDA.  Sebab, menurut mereka  para kader didaerah tidak bisa menerima perlakuan ketua umum  didepan umum. "Kami sangat maulu," tegas Ketua DPW-PPP Jawa Tengah melalaui jumpa pers di Jakarta.

Nah, sejauh manakah sengketa 'peluk cium' ala partai PPP ini.  Untuk menjawab pertanyaan yang bernuansa politis ini, tidaklah seperti  menjawab; 1 + 1 = 2, tapi bisa terjadi jawabannya adalah 1 + 1 = 3 - 1. Begitulah lebih kurang rumus politik DPP-PPP yang sedang dimainkan.

Kini pihak SDA, sudah mengeluarkan surat teguran keras, kepada para ketua atau pengurus DPW yang hadir dalam pertemuan di Bogor. Bahkan empat orang pengurus DPW dan seorang wakil ketua umum DPP-PPP dinonaktifkan secara permanen pada posisi mereka. Dengan demikian terjadilah saling pecat memecat kader partai berazas Islam ini gara-gara peluk ciumnya sang ketua umumnya SDA dengan Parabowo di atas pentas kampanye partai Gerindra.

Sikap dan kesimpulan SDA yang juga masih berstatus Meteri Agam RI menghadiri kampanye Gerindra yang berangkulan dengan Prabowo yang juga Mantan Danjend Kopasus menjadi serius, sehingga posisi SDA terancam digoyang dari kursi ketua umum DPP Partai berlambang ka'bah ini. Bahkan pro kontra kander PPP terjadi dimana-mana, konon lagi dipicu dengan hasil perolehan suara hasil Pemilu 2014 sementera ini PPP tidak mencapai target diatas 10%, hannya mampu mendulang suara dibawah 6,5%.

Sekali lagi, itulah ciuman dan pelukan ala politik, hampir sama dengan ciuman dan peluk ala percintaan anak-anak remaja. Meskipun suka sama suka alias senang sama senang, namun dalam tatakerama hukum syariat Islam sebelum ada akad nikah tetap dinyatakan berdoasa. Walaupun ciuman dan pelukan itu sebagai alasan PDKT menjejaki pernikahan alias berkualisi dalam arti politik, tetap dinilai tidak sah. Berbeda dengan pelukan dan ciuman seorang ayah kepada anaknya, atau seorang suami kepada isteri tercintanya.

Pelukan Aktifis

Sebagai aktifis, tentu terbayang kepada sistem pengakaderan yang dilaksanakan secara resmi, baik oleh PPP, Gerindra dan beberapa partai politik  lain, atau organisasi sosial seperti NU, Muhammadiyah dan lainnya,  atau kalangan LSM, tentu saja pada akhir sesi pertemuan pengaderan itu, umumnya sebelum bubar acara mereka saling rangkul-rangkulan, bahkan suasana peluk dan cium pipi kiri dan kanan menjadi tontotan menarik yang diperlihatkan oleh  setiap kader yang mengikuti pengakaderan tersebut.

Artinya pelukan dan adu pipi kiri-kanan seorang kader sesamanya, atara kader dengan seniornya adalah pertanda acara sudah usai, nilai persudaraan semakin terjalin. Sehingga bila suatu saat para pemimpin organisasi ingin mengerahkan dan mengerakan masa untuk kepentingan politiknya  dengan mudah akan tercapai target politik tersebut.

Begitu juga pelukan yang berlangsung dirumah tangga,  seorang isteri karena stres beban rumah tangga, atau perlakuaan anakanya yang menyimpang dari aturan, maka salah satu obat diberika suami adalah  memberikannya pelukan mesra kepada sang isterinya. Sebab, pelukan seorang suami kepada isterinya menurunkan tensi emosi diantara mereka.

Seperti ditulis Helen Colton, dalam buku The Joy of Touching juga menemukan bahwa ketika seseorang disentuh, hemoglobin dalam darah meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat dan mempercepat proses penyembuhan. Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa menyembuhkan penyakit “hati” dan merangsang hasrat hidup seseorang

Kembali kepersoalan kisruh dalam tubuh PPP.  Kiranya, partai yang berazas Islam hendaknya dikedepankan misi musyawarah lebih baik, dari pada saling buka-bukaan didepan umum, seperti yang sedang berlangsung. Semoga ada solusinya, dimana diharapkan  para ulama yang bergabung dalam PPP bisa mengambil peran untuk mendinginkan kedua kubu yang berseteru itu.
Amin, ... 

Selasa, 18 Maret 2014

PILEH LOM

Ketika Perjalanan menuju salah satu desa di Kabupaten Benar Meriah sangat melelahkan. Karena jalanya berkelok-kelok dan naik turun. Lantas saya bertanya kepada seseorang,  berapa jauh lagi desa yang kita tuju itu, ia menjawab: "Sekilo lagi, Bang, ikuti jalan ini terus saja!"


Pertanyaan sama ditanyakan lagi, setelah berjalan kaki lebih empat kilometer.  Bertanya dengan bahasa lain,  mereka menjawab dengan istilah lain juga:   "sekitar sebatang rokok lagi, Bang, . . ." Maksud Bapak tua tadi, perjalanan ini bila kita bakar rokok 'kretek' dan kita hisap, habis sebatang rokok sampai desa yang dituju. Tapi, ternyata setelah habis satu bungkus rokok, setelah mebelok ke kiri  dan ke kanan juga belum sampai ketujuan, bahkan belum ada tanda-tanda sampai  ke desa ini. 


Mungkin dalam pemahaman orang dikampung,  sekilo meter itu mungkin 10 kilometer dalam pengertian orang sekolahan.  Sedangkan sebatang rokok, mungkin kalau rokoknya tidak dihisap dibakar saja. Tapi rokok sudah habis sebungkus, perjalanan sudah lebih 10 kilo meter. Namun jalan menuju kampung yang kami tuju juga belum kelihatan.


Artinya, orang yang tinggal didaerah pedalam seperti dodaerah pergunungan, lebih tegar hidupnya dibandingkan dengan kita. Sederhana saja tiorinya, 10 km lebih kita berjalan, begi mereka disini masih hitungan satu kilo meter mereka. Kita menyebutkan lelah dalam perjalanan, begi mereka biasa-biasa saja. 


Suatu ketika, ke Jakarta dalam acara pertemuan dengan pengurus NU, menginap di Hotel Brobudur. Acara pertemuan tinggal 30 menit lagi, pilihan yang tepat memakai jasa taxi. "Kira-kira berapa jarak ke jalan Keramata Raya kantor NU, Mas. Dekat Pak, sekitar 15 atau 20 km," jawab Jono supir taxi.

Sejak keluar dari hotel jalannya dua jalur,  setelah berjalan 20 menit, saya bertanya  lagi;  masih  jauh, luman Mas kata subir serius.

Perasaan semakin tidak terkendali, karena sudah 50 menit perjalanan tanda-tanda sampai ketujuan belum kelihatan. Berarti pertemuan sudah dimulai 20 menit yang lalu, biasanya pertemuan membahas tentang silabus pengkaderan menghabiskan waktu sekitar  1,5 jam. Supaya tidak bosan, si supir taxi menyetel radio menyiarkan tentang adanya demontrasi dibundaran HI.  Mas,  jalan kita ke kramat dialihkan, karena ada demontrasi tentang tuntutan naik upah buruh. "Terserah si Mas ajalah", jawab saya sedikit kesal. Seperti juga membayangkan peritiwa tiga bulan lalu perjalan di daerah Kabupaten Benar Beuriah di Aceh.

Perjalanan sudah lebih satu jam, tujuan yang dituju belum sampai. Sekitar 25 kemudian, taxi memasuki gedung yang dituju.  Kata Satpam. Acara sudah bubar 35 menit lalu Pak.

Tapi saya tidak menyalahkan siapa-siapa, sebab dalam perjalan tadi saya bicara banyak dengan supir taxi. Kata supir taxi saya salah menanyakan kepada supir pada awal saya memasuki ke dalam mobil itu. Memang ya, yang saya tanya bersapa jauh ke kantor NU. Seharusnya
harus kita tanya berapa lama  perjalanan dari Hotel Brobudur ke Kantor NU.

"Kami di Jakarta tidak bisa lagi memprekdeksi. Kadang-kadang jarak 10 Km bisa menghabiskan agro taxsi 2 sampiai 3 jam. Atau sebaliknya, 40 km meter hanya menempuh  perjalanan sekitar 25 menit. Jakarta ini angin-anginan Mas," cerita sang supir taxi dengan gaya seperti orang memaparkan makalah kepada saya yang duduk dibangku belakang.

Ternyata, logikan cara berpikir masyarakat di daerah pedalaman Benar Meriah sama seperti masyarakat  dimetropolitan Jakarta. Hanya yang membedakan, soal higar bingarnya. Kalau di Benar Meriah suara bermacam binatan buas bergemuruh sangat besar sepanjang hari, sehingga  kedengar dari lubuk-lubuk hutan tempat marga satwa beristirahat.

Di Jakarta deru mesin kenderaan dan industri membuat bising. Namun soal ketepatan waktu antara Benar Meriah dengan di Jakarta sama-sama mengunakan 'jam karet'. Kalau kita berjanji sebentar lagi, berarti bisa tiga atau empat jam kemudian baru bisa ketemu.

Hal yang hampir sama, yang lalin. Ketika taxi melewati Halte diseputaran Tegu Patung Tani didaerah Senen, supir menceritakan, bagaimana seorang wanita menyupiri mobil dipagi hari  menabrak mati  sembilan orang sekaligus ditempat itu. Mendengar cerita itu, terbanyang kepada Pak Tua di Benar Meriah, katanya waktu konplik bersenjata daerah ini tidak ada yang berani melewati. Karena Gerombolan GAM dari Aceh Utara melewati desa Rambong sampai ke Desa Samarkirang sana.

Ketika kontak senjata antara GAM denga TNI/Polisi banyak sekali jutuh koraban. Bahkan bau busuk bangkai manusia berbulan-bula didalam rimba dibawah jalan sana tercium sangat menyenyatkan. Dan, kakek Tua itu mencerita anak dan cucunya korban kekerasan tidak tau siapa yang membunuhnya. Berati beda dengan di Halte Tengu Tani jelas siapa yang menabraknya.

Dari jarak sekita sekilo dari kami berjalan kaki, kelihatan ada dua batu nisan yang berjejer dipinggi jalan. Disana tertulis.
Batu  nisan pertama tertulis: ttd NENEK KAMI.
Nisan kedua; ttd SUAMI KAMI.


Membaca kata-kata dibawah tertanda (ttd) itu, bulu kuduk merinding,  sebab ada nama yang dipahat tak begitu jelas lagi.  Apakah ini ada unsur sengaja atau tidak untuk menghilang jejak para syuhada ini, wallahuaklam bisaawab. Namun kata-kata 'Nenek Kami' dan 'Suami Kami'  masih jelas dapat dibaca. Berarti dari konplik itu yang selamat para isteri dan cucu mereka.

Namun utuk menelusuri dimana alamat para isteri dan cucu mereka sangat sulit. "Ngak usah dipikir Pak. Ini peristiwa sudah berlalu," kata Pak Tua memecahkan kesunyian ditengah hutan pinus diantara kayu besar lainnya.

Selagi terbanyang pertiwa cerita Pak Tua di Benar Meriah dan Supir Taxi di Jakrta, tibab-tiba bunyi pangilan dari hanpon (HP) dari seorang teman yang juga kader yang pernah ikut latihan pendidikan politik. "Siapa caleg yang kita pilih Pada Pemilu ini, Pak," tanya seorang teman dari Kepulauan Snabang sana.
"Rencana maupilih siapa," tanya saya.
"Belum jelas Bang," jawabnya lagi.
"Pemilu lalu kamu pilih siapa," tanya saya.
"Pemilu lalu, saya balu ikut pilih Gubernur Pak," jawabnya.
"Siapa Gubernur yang kamu pilih kemaren," tanya saya mendesak.
"Ini kan rahasia saya, Pak," singkat jawabnya dengan nada tinggi, sambil Kawan ketawa terbahak-bahak, sambil keluar kata-kata dalam mulutnya: Pileh Lom...!!!
Bek Sampe Salah Pileh . . .!!!