Pemilihan umum (Pemilu) legislatif 2014 tinggal menghitung hari, menuju 9 April 2014 mendatang. Maka setiap partai politik, baik lokal maupun nasional, hampir dapat dipastikan disetiap kecamatan di Aceh pada khusnya dan Indonesia pada umumnya sudah membentuk dan mendirikan Posko sebagai pusat informasi bagi pendukungnya. Termasuk juga bagi Caleg yang diusung oleh masing-masing Partai Politik, sangat aktif memanfaatkan fasilitas pada posko bernuansa politik itu.
Begitu pun dengan Wak Leh Caleg dari salah satu Partai Lokal. Hampir setiap pertemuan dengan pendukungnya bertemu di balai posko kecamatan. Seperti juga diketahui dua hari lalu, Partai lokal itu yang mengusung Wak Leh meresmikan Posko baru pada kecamatan didaerah pedalaman kabupaten ini. Pada acara peresmian itu, turut berbicara beberapa orang tokoh dan kader politik partai poliik lokal yang menyakini pada Pemilu ini akan meraih suara terbanyak.
Begitu pun dengan Wak Leh Caleg dari salah satu Partai Lokal. Hampir setiap pertemuan dengan pendukungnya bertemu di balai posko kecamatan. Seperti juga diketahui dua hari lalu, Partai lokal itu yang mengusung Wak Leh meresmikan Posko baru pada kecamatan didaerah pedalaman kabupaten ini. Pada acara peresmian itu, turut berbicara beberapa orang tokoh dan kader politik partai poliik lokal yang menyakini pada Pemilu ini akan meraih suara terbanyak.
"Saudara-saudara sekalian, acara selanjutnya adalah sambutan dari Bapak Muhammad Saleh yang lebih kita kenal dengan 'sandinya' Wak Leh. Dengan hormat kami persilakan," kata protol pada acara pesijuk posko yang baru saja ditepung tawari oleh salah seorang tokoh ulama kharismatik tingkat kecamatan.
Tepuk tangan meriah begitu Wak Leh bangkit dari tempat duduk sampai ia berdiri diatas mimbar. Setelah Wak Leh bermukadiqah, lalu Wak Leh menyampaikan beberapa pesan penting untuk para pendukungnya. Suasana hening para undangan ingin mendengar sambutan Wak Leh, mungkin ada sesuatu yang menarik untuk dijanjikan bila ia menang pada pemilu mendatang dikecamatan daerah tertinggal ini.
"Untuk lebih terbuka dan agar para pemuda dan tokoh masyarakat mudah datang ke Posko ini adalah sebagai Center Point Aspiration, yaitu sebuah lembaga yang menampung berbagai masukan, keluhan dan harapan saudara-saudara dan tungku-tungku kepada saya. Dalam cita-cita saya, bila terpilih menjadi anggota DPR Kabupaten, saya ingin membuat perubahan yang mendasar di kabupaten yang kita banggakan. Saya ingin menjadi Wakil Rakyat yang tampil beda dengan teman-teman yang lain," begitu antara lain sambutan Wak Leh, yang disambut riuh tepuk tangan para undangan.
Pertemuan tersebut kelihatan lebih banyak hadir tokoh-tokoh LSM/NGO lokal serta para pemuda yang umumnya berstatus mahasiswa Universitas swasta dikabupaten itu. Sehingga yang hadir mendengar sambutan Wak Leh menganguk-nganguk kepala mereka. Melihat para para undangan semakin serius, Wak Leh pun menambahkan sambutanya.
"Posko atau lembaga ini saya berinama Representative Center. Saya juga mengharapkan Tengku-tengku, saudara-saudara dan Abu-abu tidak usah malu, sungkem dan ragu-ragu untuk datang ke sini. Disini kita berkumpul, kita bicarakan untuk kepentingan bersama. Saya akan perjuangkan aspirasi saudara agar kehidupan masyarakat disini menjadi lebih sejahtera. Apakah saudara setuju," tanyak Wak Leh sambil mengangkat tangan kanannya.
"Setuju....!!!" Jawab mereka dengan serentak yang dihadiri sekitar 3.000 orang pada acara peresmian posko yang terletak pas dipersimpangan jalan kabupaten dengan jalan propinsi.
Disela-sela sambutan terdengar juga yel-yel teriakan: "Hidup ..........!!!., Hidup Wak Leh,......!!! Hidup,....!!!" Begitu teriakan pendukung partai ini, sambil mengacungkan tangan keatas. Dan suara riuh tepuk tangan pun tidak bisa dikendalikan. Acara pesijuk Posko seperti berobah menjadi acara kampanye partai dengan juru kampanyenya Wak Leh.
"Saya juga akan mengupayakan agar pertanian masyarakat yang berbasis padi harus menjadi production center bagi kebutuhan beras masyarakat kecamatan dan kebupaten kita. Juga saya berkeinginan agar kabupaten kita bisa menjadi Center of Exellent bagi pembangunan Propinsi dan Bangsa ini sekaligus. Nah, terhadap konsep dan gagasan saya ini apakah tengku-tengku atau saudara-saudara setuju," tanya Wak Leh di atas mimbar.
"Setujuuu......!!!" Jawab mereka semua dengan sepotan dan penuh semangat.
Sebelum mengakhir sambuatan Wak Leh melanjutkan pertanyaan kedua kepada para hadirin. "Apakah diantara saudara atau tengku-tengku atau ibu-ibu ada yang ingin mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini, bisa ditanya tentang politik, umum atau apasaja ingin ditanyakan," begitu Wak Leh menantang ribuan undangan yang hadir dalam pertemuan politik itu.
Dari keruman itu berdiri seorang masyarakat, menunjuk tangan ke atas minta untuk berbicara. "Begini bapak ........!!!, saya bernama Pang Jamok dari kampung Paya Dede Khoeng, Kami yang hadir disini sudah mengerti semua kata-kata dan maksud dari bapak, tapi janji bapak tidaklah dijadikan kami lage raket bak pisang, menyo kaleh neu jeu meurang kepu lom raket paleh nyan," kata Pang Jamok nama sandi yang diberikan pada saat ia bergabung dengan GAM naik gunung melawan RI sebelum damai MOU Helsingki.
"Maksud bapak saya kurang mengerti," jawab Wak Leh yang masih berdiri diatas pedium sambil memengang mix. Nampaknya Wak Leh seperti pura-pura tidak mengerti pertanyaan warga tadi.
"Meu nou mantong. Bah lon peugah haba ngon bahasa geutanyo, ngak meuphom teuh mandum," jawab Pang Jamok seperti dialong pada acara di TV, tapi Pang Jamok, sesekali juga mencampur-adukkan penjelasannya antara bahasa Aceh dengan bahan Indonesia.
Lalu Pan Jamok menguraikan keinginan warga dikecamatan pedalaman kabupaten ini. "Sebetulnya kamoe berkeinginan, agar masyarakat kamoe disinoe bisa hidup lebih baik tidak lagi susah dan tidak kegegelapan. Meunoe pak!! Beunoe bapak menjanjikan senter. Masyarakat disinoe tidak membutuhkan lagi itu. Sebab ban bandum keluarga masyarakat disinoe sudah mempunyai senter. Tapi yang sangat kami butuhkan adalah lampu neon, listrik jangan padam lagi, atau mesin genset sebagai pengganti lestrik yang bisa terang benderang, pokok jih lage nyan lah pak, . . . sekian dan terimeung gaseh nyang that lambong dari kamo," tegas Pang Jamok kepada Caleg salah satu Partai lokal itu.
Wak Leh yang tadinya kelihatan wajah berseri-seri berobah bengong seperti orang kebingungan. Disebabkan pidato yang disampaikan dengan beberapa istilah asing seakan tak mampu dijelaskan, seperti yang ditanyakan Pang Jamok, tentang center, oleh pang Jamok center itu dipahami senter.
"Setuju....!!!" Jawab mereka dengan serentak yang dihadiri sekitar 3.000 orang pada acara peresmian posko yang terletak pas dipersimpangan jalan kabupaten dengan jalan propinsi.
Disela-sela sambutan terdengar juga yel-yel teriakan: "Hidup ..........!!!., Hidup Wak Leh,......!!! Hidup,....!!!" Begitu teriakan pendukung partai ini, sambil mengacungkan tangan keatas. Dan suara riuh tepuk tangan pun tidak bisa dikendalikan. Acara pesijuk Posko seperti berobah menjadi acara kampanye partai dengan juru kampanyenya Wak Leh.
"Saya juga akan mengupayakan agar pertanian masyarakat yang berbasis padi harus menjadi production center bagi kebutuhan beras masyarakat kecamatan dan kebupaten kita. Juga saya berkeinginan agar kabupaten kita bisa menjadi Center of Exellent bagi pembangunan Propinsi dan Bangsa ini sekaligus. Nah, terhadap konsep dan gagasan saya ini apakah tengku-tengku atau saudara-saudara setuju," tanya Wak Leh di atas mimbar.
"Setujuuu......!!!" Jawab mereka semua dengan sepotan dan penuh semangat.
Sebelum mengakhir sambuatan Wak Leh melanjutkan pertanyaan kedua kepada para hadirin. "Apakah diantara saudara atau tengku-tengku atau ibu-ibu ada yang ingin mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini, bisa ditanya tentang politik, umum atau apasaja ingin ditanyakan," begitu Wak Leh menantang ribuan undangan yang hadir dalam pertemuan politik itu.
Dari keruman itu berdiri seorang masyarakat, menunjuk tangan ke atas minta untuk berbicara. "Begini bapak ........!!!, saya bernama Pang Jamok dari kampung Paya Dede Khoeng, Kami yang hadir disini sudah mengerti semua kata-kata dan maksud dari bapak, tapi janji bapak tidaklah dijadikan kami lage raket bak pisang, menyo kaleh neu jeu meurang kepu lom raket paleh nyan," kata Pang Jamok nama sandi yang diberikan pada saat ia bergabung dengan GAM naik gunung melawan RI sebelum damai MOU Helsingki.
"Maksud bapak saya kurang mengerti," jawab Wak Leh yang masih berdiri diatas pedium sambil memengang mix. Nampaknya Wak Leh seperti pura-pura tidak mengerti pertanyaan warga tadi.
"Meu nou mantong. Bah lon peugah haba ngon bahasa geutanyo, ngak meuphom teuh mandum," jawab Pang Jamok seperti dialong pada acara di TV, tapi Pang Jamok, sesekali juga mencampur-adukkan penjelasannya antara bahasa Aceh dengan bahan Indonesia.
Lalu Pan Jamok menguraikan keinginan warga dikecamatan pedalaman kabupaten ini. "Sebetulnya kamoe berkeinginan, agar masyarakat kamoe disinoe bisa hidup lebih baik tidak lagi susah dan tidak kegegelapan. Meunoe pak!! Beunoe bapak menjanjikan senter. Masyarakat disinoe tidak membutuhkan lagi itu. Sebab ban bandum keluarga masyarakat disinoe sudah mempunyai senter. Tapi yang sangat kami butuhkan adalah lampu neon, listrik jangan padam lagi, atau mesin genset sebagai pengganti lestrik yang bisa terang benderang, pokok jih lage nyan lah pak, . . . sekian dan terimeung gaseh nyang that lambong dari kamo," tegas Pang Jamok kepada Caleg salah satu Partai lokal itu.
Wak Leh yang tadinya kelihatan wajah berseri-seri berobah bengong seperti orang kebingungan. Disebabkan pidato yang disampaikan dengan beberapa istilah asing seakan tak mampu dijelaskan, seperti yang ditanyakan Pang Jamok, tentang center, oleh pang Jamok center itu dipahami senter.
Nah bagaimana dengan Wak Leh yang masih berstatus sebagai wakli rakyat dan ingin memperpanjang jawabatan Anggota DPRK pada pemilu 9 April ini akan mampu mendulang suara?.
Wallahualam, semoga ita-cita Wak Leh tercapai... !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar