Apa itu gosip? Menurut Wak Leh, gosip ibarat masuk kerumah diwaktu malam hari melalui jendela. Atau ibarat iklan yang dipasang pada dinding mobil "labi-labi" dalam kota, berputar kemana saja, semua orang membaca dan menganalisa isi iklan gratis tanpa membayar retribusi pajak daerah. Begitulah lebih kurang pengertian gosip dalam pikiran Wak Leh.
![]() |
images google |
Contoh lain, menyebutkan tentang hantu. Kita tidak pernah melihat wujud nyatanya hantu, bagai mana sesungguhnya. Karena itu, gosip ada kalanya takut tapi tidak mengerikan. Atau sebaliknya, mengerikan tapi tidak takut. Dengan demikian, gosip itu tergantung situasionalnya. Sebut saja, seseorang dikejar oleh anjing gila pasti lari kencang walaupun didepannya jalan buntu, ada pagar berduri melompat dengan tenaga refleks, sehingga lolos dari kejaran anjing gila walaupun pagar setinggi dua meter tanpa tergores sedikitpun. Padahal kalau dalam kondisi normal, satu meter saja susah untuk melompat pagar ini. Begitulah hakikat gosip, terkadang resiko besarpun menjadi ringan. Sebaliknya, yang ringan bisa berurusan dengan Komnas HAM atau KPK.
Gosip itu tidak mengenal tempat dan waktu, apalagi isi materi gosipan itupun tidak diatur dalam jenjang pendidikan. Terkadang gosip itu berawal dari gedung DPR, atau dari Istana, tak jarang gosip itu tumbuh subur berkembang dikalangan intelektual kampus. Yang mengherankan kita, gosip relegius berawal dari mimbar khutbah jumat atau dari mimbar gereja pada hari minggu.
Hal ini terjadi, karena gosip tidak mengenal tatacara atau aturan main, atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) seperti dalam partai Politik, ormas, LSM/NGO. Tidak juga melalui rapat-rapat komisi atau rapat paripurna seperti yang dipraktekan di dalam gedung DPR, konon lagi rapat majelis fatwa atau majelis pakar. Tapi gosip itu selalu hadir ketika jalan pikiran seseorang sudah buntu untuk meraih sesuatu, barulah muncul pikiran alternatif untuk mencapai keinginan yang gagal akibat kekurangan meyakinkan lawan berpikir, atau lawan bisnis, atau lawan merebut kekuasaan, atau juga lawan politik, bahkan lawan bercinta.
Subtansi gosisp itu adalah sebuah penyimpangan kemunikasi yang dilakukan secara darurat, sehingga munculah secara dadakan, tentu saja diarahkan menurut keinginan si pemiliknya. Bahkan antara opini dengan data dan fakta lebih domina opininya. Sehingga peranan khayalan atau mengada-ada lebih dominan, dapipada fakta yang sebenarnya. Konon lagi, si pembuat opini ini mampu mendramatisir persoalan yang sedang berkembang, maka para audienya pun terbius mendengar gosip yang sedang dijual secara bebas.
Dalam hal-hal tertentu gosip indentik juga dengan provokasi. Sebab propokasi melebih-lebihkan hal-hal yang sudah terjadi atau yang akan terjadi. Biasanya propokasi muncul diseputar kekuasaan perebutan wilayah peperangan atau diseputar jabatan merebut kekuasaan. Hal ini dilakukan setelah semua kebijakan secara rasional sudah mentok, maka persoalan inrasional mulai berbicara, seperti juga gosip, dari sejak awal dimulai tanpa aturan yang benar. Sedangkan provokasi dimulainya penuh kesadaran yang jelas untuk merebut atau menghacurkan kekuatan lawan sekaligus menguasai.
Nah, kembali kepada pengalaman Wak Leh. Karena ia berlatar belakang sebagai pekerja sosial pada salah satu LSM yang kemudian terpilih sebagai anggota dewan. Dengan demikian, Wak Leh lebih mengutamakan gosip atau provokasi yang selalu diperankan adalah sekitar politik praktis untuk mempertahankan kedudukan dikursi DPR yang identik dengan jabatan politis.
Bukan hanya Wak Leh, sejumlah tokoh politisi dan para bisnisman selalu membumbukan gosip untuk memperoleh dukungan politik atau untuk mendapatkan sesutu proyek pada penguasa, peran gosip dan provokatif adalah alternatif pertama yng dimunculkan oleh Wakleh dan kawan-kawannya yang lain. Hal ini dapat diamati dalam pertemuan-pertemuan informal, baik di lobby hotel, di coffee, di lapangan golf, atau di atas pesawat terbang. Pokok nya tergantung sasaran target tujuan yang ingin diraihnya.
Khusus Wak Leh, bila ingin melakukan negosiasi kepentingan 'proyek politik' yang dilakukan pilihan tempat bukan di lobby hotel, cukup saja ia memilih di warung kopi. Kalau ke Banda Aceh di warung kopi Ulee Kareng, Cut Nun, 3 in 1, Dapu Kupi. Kalau ke Lhokseumawe ada caffee Kana Kupi, Cek Mad, warung Kopi Atra . Sementara di Bireuen ia sering duduk Caffee Uleekareng 88, di Bengkupi, ada juga di kede Tanjung alias Supek, dan juga di Atra Juang. Kalau di Sigli kede kupi Ie leubeu.
Dalam pikiran Wak Leh, politik adalah sesuatu yang diupayakan untuk mengatur mengurus kesejahteraan diri sendiri dan rakyat pengikutnya atau masyarakat dalam suatu wilayah. Untuk mengurus itu, menurut Wak Leh harus ada kekuasaan yang resmi. Kekuasaan ini baru bisa didapatkan harus melalaui partai politik. Artinya politik itu adalah kekuasaan. Dengan adanya kekuasaan, maka semua yang ingin kita atur baik mengatur masyarakat, sosial, bisnis, budaya dan adat setempat, maupun menerapkan syariat Islam adalah harus melalui jalur kekuasaan resmi, adanya kekuasaan itu melalui partai politk.
Sebagai tokoh politisi lokal, Wak Leh, sudah sebulan lalu sibuk mengatur strategi untuk mempertahankan kursi empuk di lembaga legislatif di kabupatennya. Dalam catatan Wak Leh tanggal 9 April 2014 hari 'H' Pemilu 2014 tidak terlalu lama lagi. Maka beberapa spanduk dan baliho sudah dipasang kelihatan disudut-sudut desa. Antara lain bunyi spanduk Wak Leh : "Saya bukan yang terbaik. Tapi saya sudah membuktikan" ada juga isi spanduknya dalam bahasa Aceh, seperti : "Leu ureung carong bak pegah haba. Tapi hana bukti ".
Suatu sore, seorang pengikut Wak Leh mempertanyakan tentang isu dana aspirasi terlalu banyak diprogram dan dipergunakan pada sektor sosial dari pada sektor riil fisik, Wak Leh dengan tenang menjawab, itu
namanya isu belum jelas ujung pangkalnya, sama seperti gosip.
"Artinya , gosip itu bukan sebuah berita untuk tidak didengar secara serius dan juga bukan berarti berita itu harus waspada terus. Tak ubahnya seperti kata pepatah nenek kita dulu di kampung kita "leumo grop paya, paken kuda cot iku" jawab Wak Leh dengan kata diplomatisnya.
Setelah itu Wak Leh pun berlalu mengayunkan langkah menuju balai pengajian yang telah dibangunkannya disamping rumah. Bersama warga, Pria yang bernama asli Muhammad Saleh ikut pengajian, Tgk Usman sebagai guru ngaji sore itu.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar