Setiap anggota DPR, baik tingkat daerah dan pusat. Setiap tahun ada saja kunjungan ke daerah-daerah. Seperti yang dialami Pak Usman. Kali ini ia mendapat jatah melakukan kunjunagan kerja selama seminggu (7 hari) penuh. Sepulang dari perjalanan. Sesampainya dirumah, bercerita kepada isterinya tentang perjalanan dinas luar kota.
Kali ini, perjalanan jauh dan capek. Katanya, kalau bukan karena tugas dinas mungkin Ayah ngak kan ikut kunjungan ini. Isterinya yang lulusan S1 bidang Pendidikan salah satu Perguruan Tinggi Swasta, senyum kecil sambil menganguk-anguk kepala. Berarti Isterinya juga sependapat dengan pendangan Pak Usman. Namun, Ibu Hendon isti Pak Usman ini, terus membolak balik isi kopor besar yang dibawa pulang dari kunjungan kerja sang suami tercintanya itu.
"Mah....." Pangil Pak Usman kepada isterinya yang duduk jongkok sambil membuka kunci koper ber warna biro itu. "Ada apa, Yah," jawab Buk Hendon sambil memandang dua bola mata suaminya yang duduk diatas kursi santai.
"Ayah merasakan betul perjalanan kali ini. Kalau bukan niat Ayah bekerja sambil ibadah, pasti Ayah bakal capek. Apa lagi ibadah Ayah kali ini sangat sempurna, karena mama memang telah mempersiapkan semua perbekalan melaksanakan ibada dalam perjalan," kata Pak Usman kepada sang isteri tercinta itu.
"Apa lagi Ayah, kan pendatang baru didunia politik. Dan beberapa bulan lagi kan masa kampanye Pemilu 2014. Jadi Ayah, harus menjadi contoh dan teladan kepada teman-teman Ayah dalam satu tim," tambah Usman yang terus memperhatikan tangan isterinya membongkar isi kopor besar tadi.
"Ooo begitu ya Yah," jawab Buk Hendon sambil memandang wajah suaminya mulai berubah.
"Setiap daerah yang Ayah kunjungi. Selalu ada kawan Ayah yang seangkatan dulu waktu sama-sama menjadi pengurus organisasi dikampus," tambah Pak Usman. lanjutnya lagi. Ayah kan politisi dari partai yang memiliki jaringan sampai keakar rumput. Tentu saja mereka mengajak kesana kemari. Dan menawari bermacam-macam juga, termasuk yang aneh-aneh.
Tapi isteri Pak Usman itu, Ibu Hendon bertambah begong mendengar coloteh sang suaminya ini. "Mungkin Ayah akan dipilih lagi pada Pemilu yang akan datang oleh mereka. Makanya mereka senang ke Ayah," timpal ibu hendon, sambil duduk diatas karpet tidak lagi membongkar kopor biru itu.
Anehnya lagi Pak Usman, melanjutkan cerita bernada dokrin. Kata Pak Usman; "Semua itu, Ayah tidak tergoda. Kenapa demikian, tentu mama bertanya kan". Kelihatan Ibu Hendon mengangguk lagi sambil membatin.
"Kuncinya hanya satu," kata Pak Usman kepada isteri yang dinikahinya 11 tahun yang lalu. Karena mama membekali Ayah seperangkat peralatan shalat lengkap, kitab suci Al-Quran, tasbih dan sajadah, serta kain sarung yang mahal.
Sang Isteri yang kini telah memberikan 2 putra putri dalam keluarga mereka semakin bingungan. "Betul kan mama," tanya Pak Usman memecahkan kebingugngan sang Isterinya yang tak lepas dengan jilbab, kemana saja ia pergi. Belum sempat isterinya menjawab. Pak Usman melanjutkan lgi. "Kan mama berpesan kepada Ayah. Supaya Ayah jangan sampai tingal shalat wajib lima waktu," kata Pak Usman sambil mengulangi lagi pesan sang Isteri tercinta sebelum berangkat keluar daerah.
"Ayah memang luar biasa," Ibu Hendon memotong gaya 'ceramahnya' Pak Usman, dan Pak Usman pun seperti disambar petir disiang bolong. Karena suara isterinya sedikit membentak dengan nada agak tinggi.
"Memang Ayah ini Politisi Kampungan. Tuhan pun ayah politisir. Apalagi Saya. Jelas-jelas Ayah bohongi. Supaya terkesan Ayah tampil jujur dan benar di depan saya," ketus sekali sang istirinya. Sambil ia menunjukan beberapa indikasi kejangalan.
"Ini buktinya......!" Menyodorkan sarong dan sajadah. Memang ternyata masih terlipat rapi, belum dibuka dalam kotak bungkusan sesuai aslinya yang disiapkan Ibu Hendon saat Pak Usman berangkat kunjungan kerja.
"Saya boleh Ayah ditipu. Tuhan jangan ikut Ayah politirrr.....!!!" Teriak Ibu Hendon. Sedangkan Pak Usman, bangkit dari kursi malas, keluar naik kenderaan roda dua ke warong kopi dipojok desa dekat posikambling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar