Jumat, 28 Juni 2013

SENGKO ATAU LELE


Engkot Sengko nama salah satu jenis  ikan dalam bahasa Aceh. Sedangkan dalam bahasa Indonesia dinamai Ikan Lele. Tapi kalau hanya disebut sengko saja, maka maknanya bisa ganda. Antara ikan itu dengan penyakit angin dalam perut manusia alias penyakit busung,  juga sebut sengko.

Bagi ibu-ibu yang tinggal dipedalaman Aceh, sakit maag juga disebut sengko. Sakit lever juga disebut sengko. Begtiu juga dengan sakit perut busung. orang Aceh,  juga sengko dalam bahsa Aceh.  Penyakit itu  secara darurat , pertolongan pertama yang dilakukan kaum ibu di Gampong-gampong (Desa)  adalah mencari pucuk daun merah jarak (daun lawah) dicampur dengan getah asli batang lawah itu, kemudian diaduk sampai mengental lalu dioleskan  ke  perut yang mengalami sengko itu. 


Dalam pengobatan tradisonal ini, syukur kalau sakit sengko itu sumbuh. Tapi pada umumnya  jarang yang bisa sempurna. Kebiasaan penyakit ini dihinggapi pada anak-anak usia dibawah umur. Maka sang ibu lebih berinisiatif membawa pada nenek atau dukun Gampong meminta pertolongan pertama. Sang nenek dukun pun menyarankan cara warisan indatunya dengan getah jarak campur pucuk merahnya.

Begitulah kisah penyakit sengko dengan engkot sengko alias ikan lele. Tapi kali ini meninmpa seorang atletik lempar lembing. Pemuda ini, didesanya dipanggil Dek Lot. Padahal nama aslinya Khairulsyah. Dek Lot itu adalah pangilan mamanya dirumah, karena Khairulsyah ini anak yang ke 11 dari sebelas bersaudara. Sebagai anak bungsu, tentu sangat manja dengan orang tuanya. Anak bungsu dalam bahasa Aceh disebut aneuk tulot. Karena  Khairulsyah anak bungsu, lalu dipangilah Dek Lot, artinya adik tulot (adek bungsu).

Dek Lot itu pendidikannya hanya kelas dua SMP enam tahun lalu. Namun, kesehariannya gemar beragam jenis cabang olahraga.  Mulai dari olahraga sepak bola dengan kaki ayam, sampai lomba lari dan lempar lembing ia kuasai. Hal ini didukung dengan tampilan postur tubuhnya tinggi 170 Cm. Warna kulit agak hitam, rambut lurus ikal. Sepintas kelihatan memang tampang olahragawan.

Alkisah kehebatan Dek Lot ini tercium pada pengurus KONI setempat, lalu direkrutlah sang olahragawan ini dalam tim lempar lembing. Karena dipengujung tahun nanti, bakal menjadi anggota tim atletik lempar lembing mengikuti PON.  

Pada suatu malam, diluar dugaan para pelatih dan tenaga medis yang mengawasi kesehatan para peserta TC PON ini. Dek Lot yang dinilai sehat selalu. Kalau bangun pagi-pagi mengelilingi lapangan 9 sampai 12 kali putaran. Tapi pagi itu Terpaksa dibawa lari ke Rumasakit terdekat. Pasalnya sangat sederhana sekali, setelah makan malam, ia minum air sikutang (bandret) pakai susu. Sebelumnya ia tidak bermasalah bila meminum air sikutang campu susu.dengan perut Dek Lot.

Setelah bertahan di Kamp TC PON selama 3 jam lebih mengedus sakit perutnya itu. Petugas kesehatan bernama Syukri berkesimpulan, Dek Lot harus segera dibawa ke rumah sakit biar ditangani oleh dr Bima Sinaga sebagai dokter umum yang menagani penyakit diruang darurat itu.

Tepat pukul 07.20 WIB dr Bima Sinaga masuk IGD-RSU  itu.  Sang pasien Dek Lot sejak pukul 06.10  WIB  tadi sudah berada diruang darurat itu ditangani oleh suster Maryani. Semua keluhan Dek Lot sudah diceritakan pada suster Maryani dalam bahasa daerah. Karena Dek lot tidak lancar berbahasa Indonesia, hanya sebatas bisa mengerti setiap orang bertanya dengan bahasa Indonesia, selalu dijawab dengan bahasa Aceh. Atau sesekali bahasa Aceh itu diterjemahkan saja dalam bahasa Indonesia dengan logat patah-patah, kadang menjadi lucu jawaban Dek Lot, kadang juga tidak kenak sasarannya.

Air botol inpus yang tergantung dengan tali jarum gantungan menusuk lengan kiri Dek Lot. Pak Syukri yang mengantar Dek Lot lagi sarapan pagi di kantin belakang rumah sakit. Tak ada yang mendampingi lagi Dek Lot, kelihatan dari jauh dr Bima Sinaga memasuki ruang IGD. Selain pasien Dek Lot ada beberapa pasien lain disampingnya. 

"Selamat pagi pak," sapa dokter kepada Dek Lot yang lagi tidur.
Tapi Dek Lot tidak menjawab, hanya mengangguk kepala. Berarti memberi isyarat tanda menjawab "pagi juga".
Tangan kanan dokter membuka mata dan mulut Dek Lot. Lalu dokter ini pun memasang alat pengatur tensi darah ditangan sebelah kanan. Kata dokter darah Dek Lot masih normal. Dokter pun menanyakan, apa saja dan bagaimana keluhannya sakit perut Dek Lot.
"Maaf. Kira-kira sakit perut bapak bagaimana rasanya," tanya dokter Bima Sinaga sambil memandang muka Dek Lot.

Mendengar pertanyaan itu, Dek Lot kelihatan pucat dan keluar keringat. Karena ia ingin menyampaikan perutnya sangat sakit sekali. Tapi karena dibatasi komunikasi dengan bahasa indonesia, Dek Lot memilih memandang dr Bima Sinaga yang baru bertugas satu bulan pindahan dari Tanjung Balai Sumatera Utara, dengan penuh pengertian.

"Kira-kira sakit bapak perih ngak, Pak," ulang pertanyaan dokter lagi sambil melemparkan senyum simpatik kepada Dek Lot.
Namun Dek Lot tetap memilih membisu, sambil ia berdoa dalam hati cepat-cepatlah Pak Syukri atau Suster Maryani mendekati Dek Lot. Tapi apa hendak dikata, mereka berdua pun tidak muncul lagi.

"Maaf Pak. Apakah Bapak bisa mengerti pertanyaan saya," tanya lagi sang dokter dengan penuh sabar.
Dek Lot menganguk kepalanya, berati mengerti apa yang ditanya dokter Bima Sinaga itu. Begitu pun, Dek Lot tetap kelihatan berkeringat dan pucat. Dokter pun mulai grogi menagani sang olahragawan ini.

"Pak. Bagai mana rasa purut bapak ini, bila saya tekan begini," tanya dokter lagi sambil memegang perut Dek Lot.
Dek Lot pun mulai berpikir tujuh keliling, mesti apa yang harus dia jawab, karena sakit sekali, sebab dia merasa ada   angin didalam perutnya.

"Ya Pak Dokter. Sakit lele ini, . . ." Jawab Dek Lot dengan suara agak tertekan.
Mendengar sakit lele, dokter itu pun terperanjak ke belakang sekitar 45 cm terlompat. Karena dalam pikiran dokter Bima Sinaga itu, pasati pasiennya itu memakan Ikan Lele mentah-mentah, tersangkut dengan dua duri dari isang kepala ikan lele itu.

"Sakit apa Pak," doter itu pun mengulangi pertanyaan yang sama.
"Sekit L e l e, hai pak dokter," mulai tinggi suara Dek Lot menjawab dokter.

Ternayata lele yang dimaksud Dek Lot berbeda dengan pemahaman dalam pikiran dr Bima Sinaga itu. Karena L e l e yang dimaksud Dek Lot buka ikan lele, tapi sakit perut yang membusung. Di Gampong Dek Lot disebut penyakit S e n g ko. Maka terjemahan sengko menurut Dek Lot adalah lele. Lalu Dek Lot tanpa beban menjawab penyakitnya kepada dokter adalah sakit lele.

Dokter pun meninggalkan rauang IGD itu mencari Maryani minta diterjemahkan arti penyakit lele yang dirasakan pasien Dek Lot dalam perutnya.
Suster Maryani tidak menjawab pertanyaan. Dr Bima Sinaga, tapi ketawa terbahak-bahak ketika penyakit sengko dalam perut diterjemahkan sakit lele.

Dokter pun tertawa terbahak-bahak dengan beberapa stafnya diluar ruang IGD memecahkan suasana sejuk pagi itu. Rupanya lele itu sengko ya, tanya dokter dengan lugu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar