WAK LEH begitu panggilan orang-orang Gampongnya untuk Bang Muhammad Saleh. Dia berperawakan
gemok-gomrot. Di setiap warung kopi Wak Leh selalu tampil sebagai bintang
orasi. Bila Wak Leh muncul diwarung kopi, selalu ada opini atau gosip
yang dikembangkan olehnya. Wak Leh suka sekali agar teman-temannya memuji isu
atau gosip yang ditebarkannya.
Akhir-akhir ini teman-temanya mulai tidak
percaya lagi 100 persen informasi yang digembar gembor Wak Leh itu.
Namun ia tidak kalah akal liciknya, lalu Wak Leh mendekatkan diri
dengan para pimpinan partai politik, karena Wak Leh berkepingin ingin
menjadi senator alias anggota DPRD setempat. Usaha ini pun gagal hasil
pemilu lalu ia tdk terpilih menjadi anggota DPR. Kali ini ia ingin
mengembangkan diri di dunia pencak silat, suatu keahlian yang di terima
Wak Leh dari indatunya dahulu kala. Maka Wak leh kini punya
perkumpulan silat dan karate. Kemudian Wak Leh pun mulai terjun dunia Olahraga. Pokoknya Wak Leh ingin menampakan pada teman-temannya kalau dia itu serba bisa. Mulai
tukang gosip sampai dunia persilatan dan perpolitikan ia kuasai.
Begitu lah sepintas profil Wak Leh alias Bang Muhammad Saleh
Azan Magrib
Semua warga di kampungnya, sudah menjadi rahasia umum Wak Leh, tidak pernah puasa, dan salatnya pun menurut seleranya. Bahkan dalam ukuran ketaatan nilai wak Leh tidak naik kelas utuk nilai salat. Namun masyarakat di gampongnya selalu menjadi pusat perhatian. Betapa tidak, mesk ipun Wak Leh tidak berpuasa, namun menjelang buka puasa bersama, ia duluan datang, dengan memakai kopiah ala haji warna putih, dipadu baju gamis, sesekali warna putih, coklat, dan hitam. Sehingga masyarakat desa Wak Leh sudah menjadi langanan tetap setiap bulan puasa dia rajin salat berjamah hanya magrib saja, tanpa insya dan tarawih. Ketika tarawih tiba,Wak Leh asyik minum kopi diwarung terdekat disekitar gampong itu.
Azan Magrib
Semua warga di kampungnya, sudah menjadi rahasia umum Wak Leh, tidak pernah puasa, dan salatnya pun menurut seleranya. Bahkan dalam ukuran ketaatan nilai wak Leh tidak naik kelas utuk nilai salat. Namun masyarakat di gampongnya selalu menjadi pusat perhatian. Betapa tidak, mesk ipun Wak Leh tidak berpuasa, namun menjelang buka puasa bersama, ia duluan datang, dengan memakai kopiah ala haji warna putih, dipadu baju gamis, sesekali warna putih, coklat, dan hitam. Sehingga masyarakat desa Wak Leh sudah menjadi langanan tetap setiap bulan puasa dia rajin salat berjamah hanya magrib saja, tanpa insya dan tarawih. Ketika tarawih tiba,Wak Leh asyik minum kopi diwarung terdekat disekitar gampong itu.
Begitulah rutinitas Wak Leh pada setiap bulan puasa.
Lelaki yang berperawakan gendut-gemrot itu termasuk tokoh masyarakat didesanya. Maka pada hari itu naas
menimpa nasib pria yang berumur 40 tahun itu Karena hari itu suana hujan rintik-rintik. Hampir
sebagian besar orang tidak berbuka puasa bersama di meunasah, termasuk
imam kampung, dan bilal di meunash itu. Tapi imam penganti tetap hadir
untuk menjadi iman salat magrib malam itu. Namun untuk muazin
(azan ) magrib itu tidak ada orang yang mampu. Oleh imam penganti
menanyakan siapa yang bisa azan kaerena bilalnya tidak hadir.
Dengan tanpa basa basi Wak leh menjawab, "Jet Long mantong azan," jawabnya dalam bahasa daerahnya. (Biar saya saja yang menjadi nmuazinya)
"Apakah anda bisa," tanya imam tadi kepada Wak Leh, karena pak Imam tidak pernah mendengar Wak leh azan.
"Gampang, hai Tgk Imum," balas Wak Leh lagi dengan suara tinggi, sambil menuju ke tempat azah dengan mengambil pengeras suara merek TOA.
"Apakah anda bisa," tanya imam tadi kepada Wak Leh, karena pak Imam tidak pernah mendengar Wak leh azan.
"Gampang, hai Tgk Imum," balas Wak Leh lagi dengan suara tinggi, sambil menuju ke tempat azah dengan mengambil pengeras suara merek TOA.
Sekitar 12
orang yang berbuka puasa malam itu, yakin Wak Leh sudah mulai sadar.
Karena selama ini dikenal Wak Leh berbuka puasa sudah menjadi proyek
pribadi, kadang-kadang ia paksa beberapa tokoh masyarakat yang berduit pura-pura
meminta dana utuk perbaik mixgrofon lah, atau untuk perbaiki bola listrik mati
disekitar meunasah. Padahal itu hanya alasannya saja.
"kreueek..." suara mix.
Wak Leh sudah siap-siap azan, tangannya sudah memegang kedua daun telingganya.
"Masya Allahhh....." teriak Tgk Imam, dan sejumlah warga yang sedang berbuka malam ltu.
Anda tau apa yang di lafakan oleh Wak Leh dari ucapan... ALLAHU AKBAR 2X........ diganti oleh Wak Leh dengan teriakan sura kerasnya melalui pengeras suara............ ALLAH HUTA'ALA 2X..,,,,ALLLAAH HUTA'ALA 2X...........
Wak Leh sudah siap-siap azan, tangannya sudah memegang kedua daun telingganya.
"Masya Allahhh....." teriak Tgk Imam, dan sejumlah warga yang sedang berbuka malam ltu.
Anda tau apa yang di lafakan oleh Wak Leh dari ucapan... ALLAHU AKBAR 2X........ diganti oleh Wak Leh dengan teriakan sura kerasnya melalui pengeras suara............ ALLAH HUTA'ALA 2X..,,,,ALLLAAH HUTA'ALA 2X...........
Mendengar itu, baik Tgk imam maupun warga lain,
berlarian ke arah Wak Leh sedang azan. merampas mix lalu di matiakan.
Maka pertengkaran mulut pun terjadi antara Wak Leh dengan warga setempat.
Wal hasil Wak Leh malam itu tidak sembahnyang pulang dalam keadaan malu. Namun warga sekitar Meunasah sudah mendengar azan Wak Leh dengan teriakan ALLAH HUTA'ALA 2x......
Setelah peristiwa ini kemana pun pergi Wak Leh di panggil Wak Leh TA'ALA. Masya Allah.
Wal hasil Wak Leh malam itu tidak sembahnyang pulang dalam keadaan malu. Namun warga sekitar Meunasah sudah mendengar azan Wak Leh dengan teriakan ALLAH HUTA'ALA 2x......
Setelah peristiwa ini kemana pun pergi Wak Leh di panggil Wak Leh TA'ALA. Masya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar